KABAR DIGITAL, AS — Harga Bitcoin telah melonjak ke titik tertinggi yang pernah ada, mencapai 75.361 dolar AS atau sekitar Rp 1,191 miliar per koin pada hari Selasa, 5 November 2024, waktu Amerika Serikat, atau Rabu, 6 November 2024, waktu Indonesia. Lonjakan ini melampaui rekor lama yang tercatat di angka 73.797 dolar AS pada 14 Maret 2024.
Penguatan harga Bitcoin ini dipicu oleh reaksi positif pasar terhadap hasil awal pemilihan presiden di Amerika Serikat. Calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, menunjukkan tanda-tanda kepemimpinan dengan mendapatkan 267 suara di Electoral College, sementara lawan dari Partai Demokrat, Kamala Harris, mendapat 214 suara. Meskipun belum ada negara bagian yang mem finalisasi hasil, Trump telah menyampaikan pidato yang menyatakan kemenangan.
Sejumlah analis berpendapat bahwa meningkatnya harga Bitcoin terkait dengan transisi Trump yang kini mendukung mata uang kripto. Semasa kampanyenya, Trump menegaskan komitmennya untuk menjadikan Amerika sebagai “ibu kota kripto dunia” jika ia kembali terpilih. Pernyataan ini mencerminkan perubahan sikapnya; sebelumnya, Trump menyebut kripto sangat meragukan.
Ke depan, Donald Trump berjanji untuk mengevaluasi kebijakan saat ini terkait kripto dengan rencana untuk memecat Gary Gensler, Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa, yang dianggapnya mengambil langkah-langkah mengekang pertumbuhan industri kripto.
Selain Bitcoin, mata uang kripto lain juga mengalami kenaikan signifikan. Ethereum, yang merupakan kripto terbesar kedua, meningkat sekitar 7,5 persen menjadi 2.622 dolar AS.
Di posisi ketiga, Solana naik hampir 15 persen menuju harga 183 dolar AS per keping. Kenaikan juga terlihat pada Dogecoin, yang menguat dengan hampir 20 persen dan kini diperdagangkan pada level 0,1976 dolar AS per keping. Misalnya, dukungan milarder Elon Musk sangat mempengaruhi harga Dogecoin, saat dia mengisyaratkan akan membentuk Departemen Efisiensi Pemerintah jika Trump menang.
Mengamati tren sebelumnya, Bitcoin tidak asing dengan kenaikan harga selama pemilihan presiden. Dalam pemilu sebelumnya tahun 2012, 2016, dan 2020, Bitcoin mencatatkan kenaikan nilai yang signifikan dalam waktu 90 hari setelah pemilihan. Hal ini seringkali terkait dengan istilah “halving”, sekumpulan kejadian di mana jumlah Bitcoin baru yang dihadiahkan kepada penambang berkurang setengahnya setiap empat tahun. Menurunnya suplai Bitcoin di pasar berpotensi menguntungkan harga.
Percekcokan politik menyangkut regulasi dan penerima kebijakan κάνουν banyak pelaku pasar berandai-andai about kemungkinan hasil ayng mempengaruhi kebijakan fiskal. Varian kebijakan dari ke dua kandidat diharapkan dapat direspon pasar menjelang pemungutan suara.
Para investor memandang Bitcoin sebagai solusi untuk menghadapi inflasi yang disebabkan oleh tindakan kebijakan moneternya. Hasil dari pemilihan ini diharapkan bisa memberikan rincian lebih lanjut mengenai arah kebijakan ke depan. (*)