SEMARANG, Kabardigital.com – Pameran lukisan Ki-Art Hartono bersama Komunitas Interaksi dan Koalisi Perempuan Indonesia menggelar sarasehan diskusi jejak perempuan bertema perempuan sosok kuat dan sumber kehidupan di Museum Ronggowarsito Semarang (27/12/2024).
Diikuti peserta dari kalangan pemuda dan para seniman, sarasehan ini menghadirkan sejumlah narasumber pakar di bidangnya. Diantaranya, maestro pelukis semarang Hartono, dosen Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Unissula) Doktor Mila Karmilah ST MT, Erna Endang M S.Psi dari komunitas interaksi Indonesia, Mundriah SE MAk Akt dari Koalisi Perempuan Indonesia dan Moderator Helen Intania Surayda SH MH yang keduanya adalah pengajar dari Universitas Semarang (USM).
Dalam pembukaan sambutan, Hartono mengatakan Hartono menjelaskan, sosok ibu dalam lukisannya adalah sosok seorang perempuan yang menjadi sumber kehidupan, cinta kasih, kekuatan, dan kepahlawanan.
“Sosok ibu ini menjadi ruang imajinatif. Karena ada yang pernah mengatakan, jika engkau mendidik laki-laki seperti halnya kamu menyiapkan satu lelaki. Tetapi kalau mendidik perempuan seperti halnya menyiapkan satu generasi. Dan perempuan sebagai subjek dalam pameran ini diharapkan bisa menginspirasi,” kata Hartono.
Acara sarasehan tersebut banyak membahas bagaimana peran perempuan di era sekarang ini mampu menjadi bagian perjuangan sebagai sosok perempuan aktif yang kuat dan tangguh sebagai bagian dari membangun keluarga, profesi serta bangsa dan negara.
Doktor Mila narasumber yang juga dosen Unissula mengatakan, bahwa perempuan saat ini memiiliki keberanian dan berperan penting dalam hak dan kewajibannya untuk membantu dan masyarakat yang membutuhkan perlindungan.
Hal yang sama disampaikan narasumber Mundriah yang merupakan salah satu pengajar di USM yang juga akrab disapa Indri lebih menjelaskan bagaimana perempuan sebagai aktivis dalam menjaga dan melindungi wanita dan anak-anak yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
“Selama ini banyak kasus dan laporan KDRT yang terjadi di masyarakat. Sayangnya kasus-kasus tersebut banyak yang tidak terselesaikan karena kurangnya kepedulian dan transparansi dari korban yang tidak mau melapor. Inilah salah satu fungsi bahwa para aktivis perempuan wajib membantu dan memfasilitasi korban KDRT agar tidak terjadi kembali,” ujar Indri.
Acara sarasehan dan diskusi ini sangat menarik sehingga menimbulkan banyak pertanyaan dari audiens. Diakhir sarasehan, Helen sebagai moderator acara berharap acara seperti ini harus sering diadakan sebagai wahana diskusi dan sharing untuk menambah wawasan dan kepedulian kepada perempuan Indonesia.